Jumat, 05 Agustus 2011

Dewa Arsitektur

Bhagawan Wiswakarma
Dewa para Undagi (Arsitek)

Oleh: Gede Agus Budi Adnyana,S.Pd.B.,M.Pd.H

            Rumah, istana, mandir (pura), kereta, hingga berbagai jenis senjata dari yang kecil hingga yang kelas kaliber, baik yang terbuat dari bahan kayu, ataupun besi dan sebagainya, dan dikerjakan oleh para ahli di bidangnya masing-masing. Keseluruhan itu. Dikuasai dan dijiwai oleh kekuatan agung nan suci yang datang dari salah satu Dewa pujaan Hindu bernama Sang Hyang Wiswakarma.
            Oleh para undagi, sangging dan juga para pinandita atau pamangku di tanah Bali, sewaktu usai mengerjakan bangunan dan berbagai hal yang memerlukan sebuah disain dan kontruksi, selalu memuja dan mengayat kebesaran dari Ida Sang Hyang Wiswakarma. Beliau lebih dikenal dengan nama Bhagawan Wiswakarma di tanah Bali.
            Sang Hyang Wiswakarma sebenarnya adalah salah satu dari sekian banyak Dewa di kahyangan dan tetap sebagai Dewa yang secara organisasi masih berada pada naungan raja dari para dewa yakni Dewa Indra. Mengenai personal dan pribadi beliau, Sang Hyang Wiswakarma sangat mirip dengan Dewa Brahma sang ayahanda dari alam ini.
            Sang Hyang Wiswakarma memiliki janggut putih yang sangat tebal, dengan guratan putih sebanyak tiga lapis yang berada dan menghiasi dahinya yang agung. Dalam tradisi di tanah India, beliau dipuja dalam sebuah mandir atau pura lengkap dengan singgasananya yang ditemani oleh seekor angsa putih. Kalungan bunga menghiasi badannya dan Sang Hyang Wiswakarma memiliki empat lengan.
            Masing-masing lengannya memegang pustaka, tongkat, dan juga tali yang melengkung. Sedangkan tangan satunya kadang terlihat diam di paha dan terkadang berada pada posisi dan sikap memberkati para pemujanya.
            Dalam kitab-kitab Purana, Sang Hyang Wiswakarma memiliki seorang putri yang bernama Samjna. Dewi Samjna inilah yang kemudian menikah lalu menjadi Sakti dari Sang Hyang Surya. Dari pernikahan mereka ( Dewa Surya dengan Dewi Samjna), mereka memiliki putra dan putri bernama Yama dan Yamuna. Sedangkan di dalam kitab Ramayana, Sang Hyang Wiswakarma dikatakan memiliki putra yang bernama Nala dan Nila.
            Dua  Wanara inilah yang menjadi perwira pada pasukan Wanara milik raja kera Sugriwa di bawah komando Sri Rama. Seperti ayah mereka Sang Hyang Wiswakarma, Nala dan juga Nila memiliki bakat menjadi sang arsitek terkemuka. Jembatan Situbanda yang memotong samudra Hindia berdiri dengan kokohnya menjadi penghubung tanah Bharatawarsa dengan Lankapura. Jembatan monumental itulah hasil dari rancangan dari arsitek Nala dan Nila, putra sang arsitek para dewa yakni Sang Hyang Wiswakarma.
            Sebagai arsiteknya para Dewa, Sang Hyang Wiswakarma banyak sekali menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh para Dewa. Begitu pula, beliau juga banyak sekali mendisain dan menciptakan senjata-senjata illahi yang canggih dan mutakhir, juga berbagai kereta suci dan kendaraan surgawi bagi para Dewa dan mahluk surga.
            Wimana yang merupakan kendaraan illahi itu juga, merupakan hasil dari rancangan hebat Sang Hyang Wiswakarma. Senjata Trisula milik Sang Hyang Siwa. Dibuat Sang Hyang Wiswakarma dari beberapa sakti dan kekuatan yang terpancar dari sinar Bhatara Surya. Begitu pula dengan dua panah sakti yang sangat termasyur itu, yang diberikan pada Sang Hyang Mahadewa dan yang satunya lagi diberikan kepada Sang Hyang Wishnu.
            Panah Sang Hyang Mahadewa, yang kemudian diberikan kepada leluhur Raja Janaka dari kerajaan Mitila, tetap di puja oleh sang raja. Sedangkan untuk panah yang semula diberikan kepada Sang Hyang Wishnu, berpindah tangan ke pada Rsi Agung Parasurama.
            Pada waktu sayembara yang dilangsungkan di Mitila oleh raja Janaka. Panah Mahadewa buatan Sang Hyang Wiswakarma itu hanya bisa diangkat dan dipatahkan oleh Narayana sendiri yang menjelma menjadi Sri Rama. Dan panah Wishnawa yang tadinya berada ditangan Resi Parasurama, akhirnya juga menjadi milik Sri Rama.
            Dalam kitab Siwa Purana, Dewa Siwa yang hendak menghancurkan kejayaan tiga Raksasa putra Dari Tarakasura yang bernama Tarkasa, Kamalaksa, dan juga Widyunmali, memerlukan sebuah panah yang canggih. Di sanalah Sang Hyang Wiswakarma mendisain panah Pasupata untuk digunakan menghancurkan tiga raksasa tadi.
            Bukan itu saja, Sang Hyang Wiswakarma juga mendisain dan membuat sendiri kereta perang milik Sang Hyang Siwa. Kereta perang itu memiliki empat ekor kuda putih sebagai penariknya, dan berlambangkan panji gunung Kailasa. Dewa Brahma sendirilah yang menjadi sais kereta perang miliki Sang Hyang Siwa yang diciptakan oleh Sang Hyang Wiswakarma. Dengan senjata dan kereta perang itulah Siwa maju dalam perang dan menghancurkan Tarkasa, Kamalaksa dan juga Widyunmali.
            Bahkan seluruh keindahan kota Amarawati yang terdapat di Kahyangan Indra adalah hasil dari disain dan kerja dari Sang Hyang Wiswakarma. Juga pada waktu raja para dewa, yakni Sang Hyang Indra bertempur mengalahkan raksasa bernama Wrtra, beliau menggunakan Wajra yang juga merupakan hasil rancangan dan ciptaan Sang Hyang Wiswakarma.
            Di tanah Bali, salah satu babad mengatakan bahwa sewaktu terjadi perjanjian antara Ida Dang Hyang Siddhi Mantra dengan Sang Naga Basuki, mengenai kehidupan Manik Angkeran, dan juga hilangnya Mahkota Sang Naga, Sang Hyang Wiswakarma jugalah yang ikut ambil bagian menyelesaikan masalah itu.
            Mahkota Naga Basuki yang termasyur tersebut, merupakan hasil dari rancangan dan buatan dari Sang Hyang Wiswakarma. Ialah arsiteknya para Dewata, insan agung yang memiliki daya cipta kuat dan sakti mengenai segala macam arsitektur yang ada, baik kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
            Ada sebuah doa pujaan yang khusus diperuntukan bagi Sang Hyang Wiswakarma, doa itu ialah :
            Jaya sri Wiswakarma prabhu yaja sri Wiswakarma
            Sakala srsti ke karta raksaka stuti dharma
            Adi srsti main widhi ko sruti upadesa diya
            Jiwa matra ka jaga main, jnana wikasa kiya
            Rsi angira tapa se santi nahin pai
            Dhyana kiyo jaba prabhu ka sakala siddhi pai
            Roga grasta rajane, jaba asrayalina,
            Sankata mocan bana kara, dura duhkha kina
                                                                             Jaya.
Di atas adalah puja yang ditujukan kehadapan sang arsitek para Dewata yakni Sang Hyang Wiswakarma. Bagi para undagi dan juga sangging, memuja beliau adalah perlu, sebab beliaulah yang menguasai segala jenis arsitektur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar