Minggu, 25 September 2011

siddha

ANTARA SIDDHA DAN MATERIAL
 Gede Agus Budi Adnyana,S.Pd.B.,M.Pd.H

          Saat para skeptis diberikan informasi tentang vimana, maka mereka menjadi tidak percaya dan tidak yakin dengan apa yang mereka baca. Berikut argument yang dilayangkan oleh para skeptis tentang vimana dan narasi yang menyatakan bahwa vimana adalah sebuah narasi omong kosong yang terlalu banyak menghayal.
  1. Mesin tidak ada di jaman dulu.
  2. Manusia masih belum memiliki kecerdasan.
  3. Manusia tidak memiliki intelejansi rohani.
  4. Kehidupan sangat primitif dan peradaban sangat kuno.
  5. Jadi resi-resi penulis Mahabharata atau Ramayana adalah orang primitive yang terlalu banyak menghayal.
Dalam berbagai hal, sebagai seorang Hindu, maka saya sedikit emosi mendengarkan pendapat itu. Tetapi, pendapat bisa saja datang dari mana saja, dan sebagai orang yang berpendidikan, untuk apa kita marah dengan pendapat itu. Kita juga punya pendapat dan berdasarkan sastra, tentu saja ini merupakan hasil dari riset sastra yang berkepanjangan.
          Hindu bukan agama keras dan dogmatis yang memukuli orang lain gara-gara beda pendapat dan cara pandang. Jadi buku ini berisikan informasi untuk umat Hindu yang yakin bahwa narasi Mahabharata adalah sejarah dan perlu sebuah kecakapan spiritual yang mumpuni untuk memahaminya. Untuk alasan itulah, mengapa saya memberikan beberapa bentuk penjelasan yang mengarah pada pemahaman akan narasi secara rohani, bukan material semata.
          Wilayah-wilayah rohani akan dipenuhi dengan kekuatan supranatural yang biasa di sebut dengan siddha. Pemerolehan kekuatan semacam ini, tidak dilakukan dengan cara instant atau dengan satu tepukan tangan, perlu ketekunan tapasya yang kuat dan bertahun-tahun lamanya. Terbukanya intelejensi rohani akan mengarah pada siddha yang berhasil akan membawa pemiliknya pada pemusatan kekuatan supranatural yang hampir dapat sejajar dengan mahluk surgawi.
          Dengan demikian, ia sendiripun dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, atau membuat benda-benda lain menjadi luar biasa. Seperti membuat sebuah rumah menjadi terbang melayang di angkasa. Atau setidaknya ia berhasil melihat dan mendapatkan citra Illahi, dimana mahluk surgawi juga menggunakan vimana sebagai sebuah kendaraan terbang. Dalam kitab Padma Purana. 51-52, dinyatakan sebagai berikut:

“Vijjvala biasanya pergi untuk mencari makanan ke gunung Semeru dan sekitarnya. Di wilayah  itu terdapat sebuah hutan yang sangat menakjubkan bernama anandakarana. Hutan itu dipenuhi oleh buah dan bunga dari pohon Illahi. Para apsara dan ghandharva datang ke sana untuk bermain-main. Kendaraan angkasa para dewa (vimana) turun berganti-gantian…..”

          Inilah sebuah hal yang berada dalam wilayah siddha, namun manusia dalam kapasitas material, jika intuisi rohaninya terbuka dan memiliki kecerdasan rohani, maka ia sendiri juga dapat menyaksikan pemandangan Illahi semacam itu. Dengan bantuan kecerdasannya pula, ia menulis tentang apa yang disaksikannya, terutama tentang Vimana. Dalam kitab yang sama Vimana dipertegas sebagai berikut:

“..Ketika Vijjvala sedang menunggu di sana, ia melihat sebuah vimana yang sedang turun. Di dalam vimana tersebut itu tampak sebuah pasangan Illahi. Mereka tampak tampan dan cantik serta berbusana indah. Pasangan itu kemudian turun dari vimana dan melangkah menuju air danau….”

          Ini adalah sebuah penampakan yang disaksikan oleh Vijjvala yang sudah dinyatakan memiliki kecerdasan spiritual untuk menyaksikan sebuah hal yang luar biasa. Disinilah letaknya, apa yang dinyatakan oleh kakakwin  totaka dalam kitab Arjuna Wiwaha, bahwa pemandangan Illahi yang hebat akan nyekala kepada orang yang sudah sempurna dalam rohani. Inilah yang dimaksudkan bahwa sesuatu yang rohani itu dapat masuk dan terlihat dalam dunia yang immanen. Tetapi yang immanen akan sulit untuk masuk ke dunia rohani.
          Jadi, tidak ada hal yang aneh jika seorang yogi yang sudah berada dalam tataran ini, dengan kekuatan laghima (dalam Asta Aisvarya) membuat benda yang ia naiki dapat seringan-ringannya dan melawan hukum Gravitasi dan terbang melayang di angkasa. Vimana inilah yang sering dinarasikan dalam kitab Purana dan Ramayana. Jadi secara pasti kendaraan ini dibuat terbang karena kuekuatan anti-gravitasi yang dihasilkan dari siddhi laghima sang yogi.
          Sebab seorang yogi yang sudah mapan, akan dapat membawa sebuah benda seberat apapun menjadi kendaraannya. Mengatur segala macam unsur alam, mengumpulkannya dan mengkolaborasikannya agar dapat bekerja sesuai dengan petunjuk sang resi. Ada banyak narasi agung untuk hal ini, di Bali sendiri, pendahulu kita melakukan hal serupa, maka tidak mengherankan jika Ida Dang Hyang Nirartha dapat mengendarai perahu bocor (jukung bocor) di samudra dengan tenang dan tidak tenggelam. Ida Hyang Maharesi Markandeya dengan mengendarai daunt alas terbang melesat di atas permukaan air laut, dan sebagainya. Apalagi resi-resi India kuno.
          Terkadang, untuk menyatukan unsur material juga diperlukan siddha secara supranatural. Inilah yang membedakan vimana dengan pesawat modern sekarang. Inti pengendali dan daya geraknya adalah laghima yang datang dari para yogi atau insan yang sudah masuk dalam tataran transedensi dan merealisasikannya dalam unsur material.
          Dalam vimanika sastra disiratkan bahawa kekuatan yoga dari siddha akan digunakan untuk menggerakan vimana. Sundara vimana salah satunya, meskipun vimana ini terdiri dari piringan, cerobong asap, 5 mesin gas, pipa logam, pipa angin, generator listrik, empat pemanas, dan penutup luar, tetapi kakuatan laghima adalah intinya, dan kecerdasan pengaturnya adalah datang dari seorang yogi.
          Kita tidak habis pikir dengan hal tersebut. Tetapi yang jelas, logam-logam mulia, bahkan listrik sendiri sudah dinyatakan dalam Veda. Pemanas, pipa angin dan sebagainya adalah sebuah peralatan yang biasa disebutkan dalam banyak kitab-kitab petunjuk teknis tentang sesuatu. Menghilangnya, vimana di jaman Kali, juga disebabkan karena menghilangnya juga kualifikasi manusia untuk merealisasikan kekuatan laghima dalam dirinya. Oleh sebab itu, hasil dari kecerdasan manusia sekarang adalah murni kecerdasan material, bukan kecerdasan spiritual.
          Tetapi meskipun demikian, spirit dalam Veda tetap senantiasa dipergunakan sebagai mercusuar kemana manusia itu melangkah dan dari mana datangnya. Seperti yang dinyatakan oleh Prof. Heeren bahwa “Veda berdiri tegak sendirian dalam kemegahannya sebagai mercusuar cahaya suci bagi gerak maju kemanusiaan”.  Dipertegas kembali oleh Annie Besant “Setelah lebih dari 40 tahun mempelajari agama-agama besar dunia, tidak ada yang sesempurna, selengkap dan sepuisitis Veda”.

4 komentar:

  1. nice bnget dahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

    BalasHapus
  2. 100 jempol buat nie,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

    BalasHapus
  3. ane pecinta mahabharata gan jadi law punya cerita-cerita yg berhubungan ama mahabharata kirim eaaaaaaaaa

    BalasHapus