Minggu, 04 September 2011


 PENTINGNYA BELAJAR ITIHASA

OLEH : Gede Agus Budi Adnyana, S.Pd.B.,M.Pd.H


            Apakah ada naskah kuno yang melebihi keagungan Mahabharata? Sepanjang pengetahuan saya, saya belum pernah menyaksikan naskah dan narasi kuno sehebat Mahabharata yang dapat membangkitkan jiwa rohani yang tertidur pulas. Kepiawaian Bhagavan Dvaipayana Vyasa dalam menarasikan kisah sejarah masa lalu raja-raja besar tanah Bharatavasa membuat saya jatuh cinta. Ada banyak nama untuk kita termulia sepanjang jaman ini, Mahabharata sendiri diambil dari sekian panjangnya episode narasi agung sejarah India kuno ini.
          Kisah yang sama juga dinarasikan dalam banyak Purana yang tentu saja masa penyusunannya jauh dibelakang Mahabharata. Suta Deva atau Bhagavan Ugasrava juga menarasikannya, kemudian Bhagavan Vaisampayana, kemudian Dvaipayana Vyasa sendiri sebagai penulis asli kitab Mahabharata. Sebenarnya, kitab ini diberinama Jaya Samhita oleh Bhagavan Dvaipayana Vyasa sendiri yang jumlah slokanya 8.800.
          Sedangkan Maharesi Vaisampayana sendiri menarasikannya dengan jumlah sloka 24.000, yang disebut dengan Bharata Samhita,  dan Bhagavan Suta Ugasrava menarasikannya dengan nama Mahabharata Samhita dengan jumlah slokanya 100.000. Jadi karena sangat panjang dan besar, maka Mahabharata dinyatakan sebagai Satasahasri Samhita.
          Dengan demikian, ketika seseorang menyatakan Jaya, maka secara pasti ia merujuk kita Mahabharata secara keseluruhan. Siapapun yang membaca kitab ini saat hari tertentu seperti puranama dan saat melakukan puasa, maka ia akan mendapatkan berkah dan karunia Brahman yang sejati. Bahkan Bhagavan Vararuci sendiri menempatkan Mahabharata sebagai satu bentuk jalan utama dan dasar seseorang boleh dan tidaknya melangkah mempelajari Veda lebih dalam lagi.
          Ketegasan mengenai hal ini juga dinyatakan dalam kitab Vayu Purana, sebagai berikut:
          Itihasa Puranabhyam
          Vedam samupabrmhayet
          Bibhettyalpasrutad Vedo
          Mamayam praharisyati

“Hendaknya seseorang dalam belajar Veda melalui penjelasan Itihasa (Mahabharata dan Ramayana) juga kitab Purana. Sebab Veda sangat takut jika seseorang yang bodoh membacanya, dan berfikir bahwa si bodoh itu akan memukulnya”                              (Vayu Purana. I. 201)

          Itulah sebab mengapa ada banyak maharesi dan pertapa setelah Mahabharata disusun merekomendasikan Mahabharata dibaca oleh sisya Veda menjadi sebuah materi pokok. Versi cerita sendiri sangatlah beragam, mengingat jumlah angka tahun terjadinya Mahabharata ini 5000 tahun silam. Indonesia sendiri memiliki banyak versi cerita Mahabharata yang sangat berbeda dari teks India lainnya, bahkan ada juga versi Mahabharata yang memiliki muatan intrik politik yang sangat jauh menyimpang dari narasi aslinya.
          Suatu ketika, teman saya di Program Pasca Sarjana IHDN Denpasar mengadakan sebuah diskusi panjang mengenai narasi Mahabharata dan ia menyodorkan saya teks Mahabharata yang ia dapatkan di India dari seorang suci yang bermukim dalam sebuah ashram. Ada sebuah harapan besar untuk menarasikannya kembali dari sudut Hinduisme secara murni.
          Tetapi ketika saya mulai melakukan cross check terhadapan narasi Mahabharata, saya mendapatkan banyak masalah untuk menghadirkannya. Kata-kata sandang seperti “Dev” saya rasa kurang familiar di telinga pembaca Nusantara yang terbiasa dengan kata “Bhatara”. Nama-nama tokoh Mahabharata, juga saya tuliskan penuh dengan kehati-hatian agar tetap terasa familiar di telingan pembaca budiman Nusantara.
          Saya mulai melakukan kajian teks terhadap naskah Mahabharata yang ditulis oleh penulis India yang lain, seperti Cakrawarti Rajagopalachari, Bharatiya Vidya Bhavan, di Bombay India. Mahabharata versi Jawa Kuna, yang saya dapatkan teksnya dari Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum yang merupakan dosen Fakultas Sastra UNUD.
          Kajian teks juga saya lakukan pada kitab Mahabharata Sanskrit Text With English Translation” oleh M.N.Dutt, yang editornya Dr. Ishvar Candra Sharma, Delhi India. Kemudian Mahabharata oleh Kamala Subramaniam, dan perbandingan dari buku “Keagungan Mahabharata oleh Prof. Nurkancana. Setelah kajian teks itu, saya menemukan ada banyak perbedaan dan saya mulai meminta banyak pendapat budayawan ternama seperti Supartha, SH.,M.Ag yang memberikan saya masukan agar meskipun diambil dari aslinya, tetapi tetap familiar dengan pembaca Nusantara.
          Untuk alasan itulah dan agar Mahabharata ini terkesan milik Hindu dimanapun berada, maka local genius saya gunakan sebaik-baiknya dengan tidak menyimpang jauh dari narasi aslinya. Sebenarnya, penyebarluasan ini sangat diharapkan oleh banyak sadhu di India, agar setiap orang dapat membaca manisnya keagungan Mahabharata.
          Kemudian atas bantuan Bapak Made Sugianyar SH, yang merupakan pimpinan penerbitan Ganda Pura, buku Mahabharata ini terbit dalam beberapa Parva. Mengingat ada banyak narasi yang sudah diceritakan dalam kitab yang lain, seperti Ramayana kembali diceritakan di Vana Parva ini, maka saya memangkasnya, maka ada beberapa pemangkasan dalam Vana Parva ini. Jadi buku ini adalah hasil kajian pustaka dari banyak sumber tertulis dan disesuaikan dengan keadaan Hindu Nusantara.
          Jika suatu ketika nanti, ada banyak terpelajar yang tumbuh dari pembaca narasi Mahabharata ini, saya sangat berbangga hati. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Sugianyar, Bapak Supartha, Bapak Sulibra, dan seluruh rekan-rekan penggemar berat Mahabharata di Pasca-sarjana IHDN Denpasar, kepada pegawai perpustakaan koleksi pasca, yang membantu saya dan dengan sabar memberikan fasilitas untuk kajian teks, kepada Dediyana yang memberikan saya narasi Mahabharata dalam bentuk film, yang saya gunakan juga sebagai kajian pustaka, kepada Kadek Agus Bayu Pramana dan kedua orang tua saya yang memberikan restu, saya ucapkan terima kasih.
          Yang terpenting adalah ucapan syukur saya dengan sembah hormat sedalam-dalamnya kepada Paduka Bhatara Hyang Guru, yang menjadi junjungan saya, Bhatara Dalem, dan juga Hyang Sinuhun Lelangit saya yang saya muliakan. Semoga pikiran yang tenang dan damai datang dari segala penjuru.

2 komentar: